pembelajaran sepanjang hayat
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Belajar merupakan aktivitas anak
(manusia) yang sangat vital. Dibandingkan dengan mahluk lain, di dunia ini
tidak ada mahluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya
seperti bayi manusia Sebahlknya tidak ada mahkuk lain di dunia ini yang setelah
dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep, ide, gagasan pokok yang berlangsung dalam
diri individu, dalam konsep ini belajar tidak hanya berlangsung di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Pembelajaran sepanjang hayat meliputi pola
formal dan informal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah
sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Berdasarkan ide
tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar
berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang
tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama
bagi mereka yang sudah lanjut usia. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui
ini, mereka tidak akan merasa disaingi oleh generasi muda, mereka tidak akan
menjadi snile atau pikun secara dini, dan dapat memberikan sumbangan keahlian
yang mereka miliki bagi kehidupan di lingkungannya.
Belajar
erat kaitannya dengan psikologi. Dalam hal ini, Made Pidarta mengemukakan :
psikologi atau jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri
adalah roh dalam mengendalikan jasmani. Karena itu jiwa atau psikis dapat
dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam diri
manusia itu sendiri.
Jiwa
manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, sejak dari masa bayi,
kanak-kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tuã. Makin besar anak itu
makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu dan akhimya
anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam
perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu belajar. Masa belajar itu
bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase perkembangannya,
sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dan sini dapat dipahami bahwa belajar
merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang
hayatnya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
itu pembelajaran sepanjang hayat?
2. Apa
dasar pembelajaran sepanjang hayat?
3. Apa
tujuan dari pembelajaran sepanjang hayat?
4. Bagaimana
karakteristik pembelajaran sepanjang hayat?
5. Apa
teori dari pembelajaran sepanjang hayat?
6. Bagaimana
paradigma dari pembelajaran sepanjang hayat?
7. Bagaimana
kecenderungan dari pembelajaran sepanjang hayat?
8. Apa
saja yang menjadi kebijakan dalam pembelajaran sepanjang hayat?
9. Apa
saja program dari pembelajaran sepanjang hayat?
10. Bagaimana
proses pembelajaran sepanjang hayat?
C.
TUJUAN
1. Memahami
apa itu pembelajaran sepanjang hayat
2. Memahami
dasar pembelajaran sepanjang hayat
3. Memahami
tujuan dari pembelajaran sepanjang hayat
4. Memahami
karakteristik pembelajaran sepanjang hayat
5. Memahami
teori dari pembelajaran sepanjang hayat
6. Memahami
paradigma dari pembelajaran sepanjang hayat
7. Memahami
kecenderungan dari pembelajaran sepanjang hayat
8. Memahami
kebijakan dalam pembelajaran sepanjang hayat
9. Memahami
program dari pembelajaran sepanjang hayat
10. Memahami
proses pembelajaran sepanjang hayat
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT
Menurut Linda Merricks dalam buku The Age of Learning Education and
Knowledge Society, 2001 : belajar merupakan kunci untuk memperoleh kemakmuran,
baik kemakmuran individu, masyarakat atau suatu bangsa secara keseluruhan,
investasi dalam bentuk “human capital” akan menjadi keberhasilan dalam ekonomi
global yang berpengetahuan pada abad 21.
Candy and Crebert, pembelajaran
sepanjang hayat berhubungan dengan proses pembelajaran dan penyesuaian dari
setiap kehidupan sehari-hari.
B.
LATAR
BELAKANG



1. Teknologi,
komunikasi dan informasi baru telah menciptakan kondisi-kondisi baru munculnya
masyarakat berpengetahuan.
2. Kemunculan
masyarakat informasi global dapat membawa arah pencapaian tujuan yang lebih
tinggi dan diinginkan, yakni pembangunan skala global
3. Masyarakat
berpengetahuan merupakan sumber dari pembangunan untuk semua
C.
DASAR
PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT
Menurut
Longworth and Davies
1. Paradigma
pendidikan dan pelatihan mengubah secara cepat dalam kesuksesan yang lebih baik
dan luas.
2. Kegunaan
rasional secara sosial-ekonomi
3. Pembelajaran
secara konkrit
4. Suatu
proses pembelajaran yang berkelanjutan
5. Implikasi
dari keseluruhan bagian sistem sekolah, perguruan tinggi, industri dan usaha,
serta masyarakat
D.
KONSEP
BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Konsep belajar sepanjang hayat pertama
kali dikemukakan oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational
Development (ICED) atau Komisi Internasional Pembangunan Pendidikan. Ia
menegaskan bahwa: With its confidence in man’s capacity to perfect himself
through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea
of lifelong education, exhorting Moslem to educate themselves from cradle to
the grave.
Islam
mewajibkan pemeluknya untuk belajar dan mengembangkan kemampuan nalarnya secara
terus menerus bukan saja terhadap objek-objek di luar dirinya, tetapi juga
terhadap kehidupannya sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu
komunitas.
v Duke
mengemukakan bahwa pendidikan dan persekolahan berkaitan dengan pemahaman umum
tentang belajar, tetapi keduanya bukan hal yang sama.
v Blakely
mengemukakan bahwa proses pendidikan dalam pengertian yang amat luas dapat
didefinisikan sebagai perubahan manusia dalam memahami dunia luar, dirinya
sendiri, dan hubungan dirinya dengan orang lain serta objek-objek yang ada di
lingkungannya.
v Dewey
mendefinisikan pendidikan sebagai rekonstruksi atau re-organisasi pengalaman,
sehingga menambahkan arti pengalaman dan meningkatkan kemampuan mengarah jalan
pengalaman berikutnya.
v Coombs
and Ahmed mengajukan pandangannya bahwa pendidikan adalah belajar dalam arti
luas, tanpa melihat dimana, kapan dan bagaimana belajar itu berlangsung.
Secara umum konsep
belajar sepanjang hayat adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan
potensi manusia (the development of human potential)
Belajar sepanjang hayat mengakui bahwa setiap
individu memiliki potensi belajar sekaligus menerima beberapa keterbatasan yang
terkandung dalam potensi individu. Keterbatasan potensi yang dimaksud tidak
didasarkan pada kapasitas biologis dan fisik semata, tetapi lebih pada
kurangnya kepuasan terhadap apa yang kita bebankan atas diri kita. Kita harus
berpandangan optimistis mengenai kapasitas manusia, didasarkan pada kepercayaan
bahwa semua dari kita, terlepas dari latar belakang, faktor genetik,
pengembangan lingkungan, kepercayaan, warna kulit atau kebangsaan, dapat
membuat lompatan kuantum dalam mencapai potensi kemanusiaan.
Mendukung atau dukungan mencakup
beberapa hal:
·
Dukungan dari para
profesional yang dilatih khusus, disebut konselor belajar
·
Sikap ramah dan
simpatik kepada pembelajar baru dengan atau tanpa kesulitan belajar
·
Pembangunan
infrastruktur belajar untuk memuaskan kebutuhan setiap orang
·
Penilaian yang tidak
mengancam dan sistem kualifikasi yang dibutuhkan oleh pembelajar
·
Pribadi yang
berorientasi sukses dan prosedur yang mudah dipahami untuk diarahkan menuju
terpenuhinya kebutuhan setiap pembelajar.
2.
Terus menerus (continously)
Persediaan kesempatan belajar tersedia
secara tetap dan sesuai dengan tuntutan yang diinginkan. Dalam dunia belajar
sepanjang hayat permintaan akan tinggi dan berkelanjutan, tanpa melihat usia
dan jenis kelamin.
3.
Proses
(process)
Proses memperkuat ide bahwa belajar
merupakan aktivitas personal yang berpusat di dalam (internal) atau tanpa
dukungan lingkungan kelompok (eksternal), yang merupakan hasil holistik dan
tidak terikat struktur yang ada di luar organisasinya.
4.
Menstimulasi
(stimulates)
Stimulasi merupakan proses perangsangan
yang lebih dari sekedar menyediakan layanan informasi yang dibutuhkan, akan
tetapi secara aktif dan positif mempromosikan belajar sebagai pengalaman yang
menyenangkan dan bermanfaat, sekaligus memberikan pesan bahwa setiap orang
dapat mengikuti proses belajar kapanpun, dimanapun, sesuai dengan kebutuhannya.
Proses stimulasi ini harus melekat dalam sistem, dimana organisasi menginisiasi
pembelajaran.
5. Memberdayakan(empowers)
Memberdayakan adalah menempatkan kekuatan di tangan individu untuk mengembangkan potensi dirinya melalui belajar. Melaui belajar, individu diperkaya dan diperkuat pemahamannya mengenai konsep “knowledge is poower”. Pembelajar sepanjang hayat harus diberdayakan kapasitas dan kapabilitasnya dalam membuat keputusan, memecahkan masalah, berpikir melalui tindakan, dan menguasai kehidupannya.
Memberdayakan adalah menempatkan kekuatan di tangan individu untuk mengembangkan potensi dirinya melalui belajar. Melaui belajar, individu diperkaya dan diperkuat pemahamannya mengenai konsep “knowledge is poower”. Pembelajar sepanjang hayat harus diberdayakan kapasitas dan kapabilitasnya dalam membuat keputusan, memecahkan masalah, berpikir melalui tindakan, dan menguasai kehidupannya.
6.
Individu-individu
(individuals)
Belajar
sepanjang hayat mengakui individu sebagai pihak yang mampu membuat keputusan,
melakukan usaha-usaha, dan akan memperoleh manfaat dari proses belajar.
7.
Pengetahuan
(knowledge)
Pengetahuan
merupakan penafsiran atau interpretasi informasi yang dapat memberikan makna
lebih besar dengan menempatkannya dalam sebuah kontinum belajar yang mengarah
pada kebijaksanaan.
8.
Nilai
(values)
Merupakan
atribut paling penting dapat kita pelajari dari proses pendidikan. Belajar,
dalam konteks sistem nilai personal dapat menciptakan sikap yang menjamin pendekatan
positif bagi pengembangan potensi individu secara berkelanjutanm dan mendorong
setiap orang untuk mengakui potensi yang dimilikinya. Disamping itu,
organisasi, bangsa dan komunitas juga memiliki sistem nilai yang saling
berkaitan.
9.
Kecakapan
(skills)
Memungkinkan
belajar untuk bisa diubah menjadi tindakan. Kecakapan dapat secara bersama-sama
diterapkan dalam beragam tempat kerja atau kegiatan sosial. Pengembangan
kecakapan baru juga bisa menambah
kebanggaan personal dan mampu menyenangkan setiap orang dalam belajar,
sekaligus membangun rasa percaya diri yang tinggi serta pandangan positif.
10.
Pemahaman
(understanding)
Tingkat
pemahaman seseorang sering diperoleh dari hasil belajar pengetahuan kecakapan
aplikatif. Kondisi ini tidak dapat diperoleh tanpa adanya kebiasaaan belajar
yang melekat pada diri seseorang.
Sebagaimana
disinggung diatas, bahwa belajar sepanjang hayat merupakan suatu gagasan atau
konsep, bahkan direkomendasikan sebagai suatu konsep induk dalam upaya inovasi
pendidikan. Dengan kata lain pendidikan
sepanjang hayat bukanlah merupakan suatu jalur ataupun satuan dan atau program,
melainkan sebagai suatu ide yang menjadi landasan pengembangan jalur ataupun
satuan pendidikan.
Hal
ini perlu ditegaskan bahwa UUSPN NO. 20 tahun 2003 memberi arahan bahwa
pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan formal,
nonformal dan informal. Dapat diungkapkan bahwa gagasan belajar sepanjang hayat
menjadi suatu motivasi atau dorongan bagi setiap individu dalam masyarakat
untuk belajar secara berkesinambungan melalui pendidikan formal, nonformal dan
informal.
Dikemukakan
Sudjana, bahwa belajar sepanjang hayat menitikberatkan pada motivasi bagi
seseorang atau kelompok untuk memperoleh pengalaman belajar secara
berkelanjutan, dimana pengalaman belajar tersebut ditempuh secara sadar,
terprogram, dan sistematis melalui proses kegiatan belajar membelajarkan dlam
rangka mencapai tujuan belajar.
Seperti
ditekankan Dave, bahwa pertumbuhan kejiwaan perkembangan kepribadian,
pertumbuhan sosial, ekonomi dan kebudayaan, seluruhnya berlangsung terus
menerus seumur hidup. Pendidikan sepanjang hayat bertumpu pada kepercayaan
bahwa belajar juga terjadi sepanjang masa, walaupun dengan cara yang berbeda
dan melaui proses yang tidak sama. Menurut Chen-Yeng Wang belajar sepanjang
hayat adalah “to learn as long as to life” (belajar sepanjang hidup), dan
“learning has no boundaris” (belajar tanpa mengenal batas). Wang menyimpulkan
bahwa belajar sepanjang hayat merupakan unsur “revolusi tenang” yang berimplikasi
pada perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kehidupan politik,
ekonomi, sosial, dan pendidikan. Budaya belajar sepanjang hayat amat fleksibel,
kreatif dan responsif sehingga akan mampu memuaskan individu dan masyarakat
dalam kehidupannya.
Menurut
Geoffrey Elliot, belajar sepanjang hayat adalah semua kegiatan belajar dan
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap
dan kompetensi yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat
termasuk lingkungan kerja. Dalam konteks kegiatan masyarakat sebagai bagian
dari totalitas pendidikan sepanjang hayat, Claslee menyatakan bahwa seandainya
semua kegiatan kehidupan dalam masyarakat menjadi wahana belajar bagi setiap
warganya, maka akan dapat terwujud dengan segera suatu perubahan kehidupan yang
cepat ke arah yang lebih baik.
Dilihat
dari cakupannya, belajar sepanjang hayat menurut Gestrelius meliputi interaksi
belajar-membelajarkan, penentuan bahan belajar, metode belajar, lembaga
penyelenggara pendidikan, organisasi penyelenggara, fasilitas, administrasi,
dan kondisi lingkungan pendukung kegiatan yang berkelanjutan. Oleh karena itu,
pendidikan sesungguhnya dapat berjalan dalam berbagai lingkungan kehidupan.
Salah satu program pendidikan non formal yang meliputi kegiatan belajar sebaya
(peer group), upaya peningkatan taraf hidup keluarga, belajar di perpustakaan,
belajar dalam lingkungan kerja, lapangan usaha, lembaga-lembaga penyelenggara
program pendidikan maupun dalam semua kegiatan yang ada dan berkembang di dalam
masyarakat.
Belajar
sepanjang hayat dalam kaitannya dengan kegiatan Pendidikan Non Formal telah
memberikan arah dan prinsip-prinsip dalam mengembangkan kegiatan Pendidikan Non
Formal. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
a. Pendidikan
hanya berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana
b. Pendidikan
non formal mendorong motivasi yang kuat bagi semua peserta didik untuk berperan
dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisir dan
sistematis
c. Kegiatan
belajar ditunjukkan untuk memperoleh , memperbaharui pengetahuan dan aspirasi
yang telah dan harus dimiliki oleh peserta didik.
d. Pendidikan
memiliki tujuan berangkai dalam
mengembangkan kepuasan diri setiap peserta didik yang menjalani kegiatan
belajar.
e. Perolehan
pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, karena
pendidikan non formal mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan
persekolahan.
Prinsip-prinsip
tersebut memunculkan ciri-ciri Pendidikan Non Formal, yaitu:
a. Memberikan
kesempatan pendidikan bagi setiap orang sesuai dengan minat, usia dan kebutuhan
belajar masing-masing.
b. Dalam
menyelenggarakan pendidikannya selalu melibatkan peserta didik dimulai sejak
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, proses, hasil serta sampai pada pengaruh
kegiatan belajar yang dilaksanakan tersebut.
c. Memiliki
tujuan sesuai dengan kebutuhan kehidupan individu yang dilaksanakan di dalam
proses pendidikan.
E.
MAKNA
BELAJAR SEPANJANG HAYAT
o
Menurut Ehsanur Rahman,
secara historis konsep belajar sepanjang hayat tidak lepas dari proses pembangunan
peradaban manusia. Perspektif belajar dari buaian sampai liang lahat (the cradle-to-grave) dikenal luas dan
dipromosikan di banyak Negara.
o
Belajar sepanjang hayat
dilihat sebagai proses yang mencakup tujuan (purposive) dan belajar langsung
(directed learning).
o
Belajar sepanjang hayat
selanjutnya mempromosikan kemandirian belajar diantara sesama anggota
masyarakat sebagai parameter pembangunan sosial berkelanjutan. (Ibid, h.44)
F.
TUJUAN
BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Inti belajar sepanjang hayat adalah bahwa
seluruh individu harus berkembang sesuai dengan potensinya secara optimal. Oleh
karena itu, pendidikan sepanjang hayat harus dipandang secara holistik mulai
dalam buaian, sampai dengan akhir kehidupan. Dalam kerangka ini pendidikan
dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang
hayat, dalam istilah yang lebih luas yaitu “development”.
Belajar sepanjang hayat memiliki tujuan
menciptakan belajar untuk hidup (learning to be) dan membentuk masyarakat
belajar (learning society). Ditegaskan Trisnamansyah, tujuan pendidikan
sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan melainkan pula
untuk tercapainya kepuasan diri dari pihak yang melakukan belajarnya itu
sendiri.
Dalam perspektif yang lain disebutkan
bahwa sedikitnya ada dua tujuan dari belajar sepanjang hayat termasuk
didalamnya tujuan belajar mandiri atau self-learning yaitu untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan positif yang terus menerus berubah dan berkembang dalam
sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat, dan untuk menyiapkan diri guna
mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Belajar sepanjang hayat merupakan
landasan yang kuat bagi program-program pendidikan non formal yang mengarah
pada upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar. Masyarakat gemar belajar
dapat terwujud apabila setiap warga masyarakat selalu mencari dan menemukan
sesuatu yang baru dan bermakna, meningkatkan belajar. Kegiatan belajar yang
dilakkukan oleh setiap warga masyarakat tidak terbatas hanya untuk mengetahui
atau belajar sesuatu (learning how to
learn), tidak pula belajar hanya untuk memecahkan masalah yang timbul dalam
kehidupan (learning how to solve
problems). Kegiatan belajar yang mereka lakukan terarah untuk kepentingan
dan kemajuan kehidupannya (learning how
to be), belajar untuk melakukan sesuatu (learning how to do), dan belajar untuk hidup bersama (learning how to live together).
Masyarakat gemar belajar (learning
society) atau masyarakat berencana (planning society) atay disebut juga sebagai
masyarakat inovatif (innovative society) adalah suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sebagian
besar atau bahkan seluruh warga masyarakat aktif dan mencari informasi yang
berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan hidupnya.
b. Menemukan
informasi baru melalui kegiatan membaca berbagai sumber informasi seperti buku,
jurnal, surat kabar, majalah dan lain sebagainya.
c. Mampu
dan bisa menulis dan menyebarluaskan informasi.
d. Melakukan
kegiatan belajar secara sadar dan berkelanjutan.
e. Sadar
dan percaya bahwa belajar adalah kebutuhan dan bagian yang tidak terpisahkan
dalam memelihara dan mengembangkan kehidupan ke arah yang lebih baik.
G.
KARAKTERISTIK
BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Berkaitan
dengan karakteristik belajar sepanjang hayat, UNESCO menguraikan dan
mengulasnya secara jelas tulisan Dave sebagai berikut:
1. Pendidikan
berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah atau formal, akan tetapi dia
merupakan suatu proses sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat mencakup
keseluruhan kurun waktu hidup seseorang.
2. Pendidikan
sepanjang hayat tidaklah hanya terbatas pada pendidikan orang dewasa, akan
tetapi dia mencakup dan membentuk satu kesatuan dari seluruh tahap pendidikan,
pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan seterusnya, dengan
demikian pendidikan sepanjang hayat memandang pendidikan sebagai totalitas.
3. Pendidikan
sepanjang hayat meliputi pola-pola pendidikan formal dan nonformal kedua-duanya
baik belajar yang berencana maupun yang berinsidental. Berdasarkan
karakteristik konsep ini, pendidikan nonformal merupakan satu bagian integral
dari pendidika keseluruhannya. Pada esensinya konsep ini meliputi keseluruhan
“kontinum” situasi belajar yang merentang mulai dari belajar yang terlembagakan
dan terencanakan dengan baik sampai dengan belajar yang tidak terlembagakan
bersifat insidental.
4. Rumah
tangga atau keluarga memainkan peranan pertama yang penting namun tersulit dan
paling kritis di dalam pemrakarsaan proses belajar sepanjang hayat. Peranan ini
akan berkesinambungan sepanjang keseluruhan kurun waktu kehidupan individu
melalui suatu proses belajar dalam keluarga.
5. Masyarakat juga memainkan peranan yang penting dalam
pendidikan sepanjang hayat, mualai dar saat anak mulai berinteraksi dengan
masyarakat itu dan terus berlangsung sementara dia melakukan fungsi-fungsi pendidikannya sepanjang hayat, yang
menyangkut lapangan profesional dan lapangan-lapangan kehidupan lainnya.
6. Lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah, universitas dan pusat-pusat latihan adalah penting,
akan tetapi hanya sebagai salah satu saja dadri sekian banyak agen-agen
pendidikan sepanajang hayat. Konsep tersebut menegaskan bahwa sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal merupakan satu bagian saja dari keseluruhan lembaga
pendidikan dan harus diintegrasikan dengan lembaga dan kegiatan pendidikan
lainnya.
7. Pendidikan
sepanjang hayat berusaha mencari
kesinambungan dan kaitan dalam dimensi vertikal dan longitudinal dari
pendidikan.
8. Pendidikan
sepanjang hayat berusaha menciptakan integrasi setiap dimensi horizontal pada
setiap tahap kehidupan.
9. Pendidikan
sepanjang hayat memiliki sifat yang fleksibel dan bermacam ragam isi, alat dan
teknik belajar dan juga dalam waktu belajar.
10. Pendidikan
sepanjang hayat diisi oleh pola-pola dan bentuk-bentuk alternatif pendidikan.
11. Ada
tiga persyaratan pokok untuk pendidikan sepanjang hayat yaitu kesempatan,
motivasi dan educability .
H.
TEORI
BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Diskursus
tentang belajar sepanjang hayat dalam konteks kekinian erat kaitannya dengan
perubahan teknologi, ekonomi dan posisi negara. Di masa mendatang dengan
perubahan teknologi informasi yang begitu pesat masyarakat memiliki akses dan
kesempatan yang luas untuk belajar sepanjang hayat. Kapan saja dan dimana saja,
serta siapa saja dpat melakukan proses belajar tersebut. Masyarakat menjadi
masyarakat belajar dan berpengetahuan. Dalam kaitan ini akan terjadi perubahan
yang sangat mendasar dalam bentuk layanan pendidikan. Jika pada masa lampau
layanan pendidikan dapat dimonopoli oleh pemerintah/lembaga pendidikan yang
telah mapan, maka di masa depan hal tersebut tidak mungkin lagi. Di masa depan
akan banyak bermunculan layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh swasta.
Teknologi informasi akan memberi kemudahan bagi masyarakat dan lembaga
pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar secara individual tanpa batas waktu
dan tempat.
Belajar
sepanjang hayat, masyarakat belajar dan masyarakat berpengetahuan memiliki
makna dan spektrum yang luas. Terminologi teori belajar sepanjang hayat
dideskripsikan oleh Jarvis dalam trilogi tulisannya tentang globalisasi,
belajar sepanjang hayat dan masyarakat belajar. Menurut Jarvis belajar
sepanjang hayat merupakan kombinasi proses dalam keseluruhan hidup seseorang
baik jasmani (genetik, fisik, dan biologis) dan pikiran (pengetahuan,
kecakapan, sikap, nilai, emosi, keyakinan dan perasaan), situasi pengalaman
sosial, ide/gagasan yang kemudian ditransformasikan secara kognitif, afektif
dan praktek atau melalui beberapa kombinasi transformasi, dan diintegrasikan ke
dalam biografi kehidupan seseorang yang menghasilkan perubahan atau pengalaman
secara berkelanjutan.
Teori
belajar sepanjang hayat distimulasi oleh pikiran-pikiran dari teori belajar
manusia yang mengakui adanya the
lifelong nature dalam suatu aktivitas belajar seseorang. Belajar merupakan
proses interaksi dan relasi yang berlangsung sepanjang hidup seseorang dalam
suatu konteks sosial tertentu, hingga berakhir dengan kematian. Artinya bahwa
belajar merupakan suatu proses transformasi pengalaman yang dimiliki seseorang
dan akan selalu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sosial
yang lebih luas.
Seseorang
dapat lebih menyadari tentang hal ini ketika individu belajar pada saat masih
kecil, dan semua sensasi itu terasa baru karena belum mempelajari maknanya.
Tetapi ketika memasuki usia dewasa individu telah belajar tentang suara, rasa
dan sebagainya sehingga dapat menggunakan maknanya sebagai dasar belajar di
masa yang akan datang.
Secara
signifikan individu kebanyakan menjalani hidup dalam situasi-situasi yang sudah
dipelajari. Asumsinya adalah bahwa dunia yang kita tahu tidak banyak berubah
dari satu pengalaman ke pengalaman lain yang mirip (Schutz and Luckmann),
walaupun argumen trsebut masih sedikit bersifar pro dan kontra di dunia yang
cepat berubah ini meskipun tidak bisa dibantah bahwa tidak semua pengetahuan
berubah secara cepat.
Menurut
Jarvis kita memasuki keadaan disjuncture, yaitu situasi dimana ketika riwayat
hidup kita dan makna yang kita berikan kepada pengalaman keadaan sosial kita
tidak berjalan harmonis. Lebih lanjut Jarvis menjelaskan bahwa pembelajaran
manusia lebih dari sekedar mentransformasikan rasa keseluruhan ke dalam makna
pembelajaran manusia adalah proses transformasi seluruh pengalaman melalui
pikiran, aksi dan emosi dengan demikian mentransformasi diri individu sendiri
ketika individu terus membangun persepsi kenyataan eksternal ke dalam riwayat
hidup kita.
Oleh
karena itu, dalam konteks kajian teori belajar sepanjang hayat merupakan suatu
fenomena alamiah dalam kehidupan individu, kelompok dan masyarakat. Belajar
sepanjang hayat termasuk di dalamnya self learning merupakan sesuatu kegiatan
yang penting dan menentukan dalam setiap kehidupan manusia.
I.
PARADIGMA
PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT
Menurut Longword N dan Davies W K, 1996
·
Influence of science
and technology
·
Restructuring of
industry
·
Global demographist
·
Influence of television
and other media
·
Changes in the nature
of work
·
Environmental imperactives
·
Focus on the individual
·
New global power
structures
J.
KECENDERUNGAN PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT
Menurut Longword dan Davies W K
1) Penggunaan
teknologi dan teknik pendidikan yang ditingkatkan
2) Sebagaian
besar penggunaan jaringan nasional dan internasional
3) Pengenmbangan
kerjasama
4) Pengembangan
organisasi pembelajaran dan pemberdayaan individu
K.
KEBIJAKAN
BELAJAR SEPANJANG HAYAT
UUSPN No. 20 Tahun 2002
Bab III tentang Prinsip Penyelenggaraan, Pasal 4
Ayat 3
“Pendidikan
diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat”
Bab IV Bagian Kesatu tentang Hak dan Kewajiban WNI,
Pasal 5 Ayat 5
“Setiap
warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat”
IMPLEMENTASI :
European
Commission, menyebutkan Three Overall Strategic objectives, is :
1) Meningkatkan
kualitas dan efektivitas sistem pendidikan dan pelatihan
2) Memfasilitasi
semua akses terhadap sistem pendidikan dan pelatihan, dan
3) Membuka
sisitem pendidikan dan pelatihan dalam lingkup yang lebih luas
Menjadi
masyarakat yang berpengetahuan, menurut Manuwoto, 2005 :
1) Memiliki
kemampuan akademik
2) Berpikir
kritis
3) Berorientasi
kepada pemecahan masalah
4) Mempunyai
kemampuan untuk belajar meninggalkan pemikiran yang lama dan belajar lagi untuk
hal – hal yang baru
5) Mempunyai
ketrampilan pengembangan individu dan sosial (termasuk kepercayaan diri,
motivasi, komitmen terhadap nilai – nilai moral dan etika, pengertian secara
luas akan masyarakat dan dunia)
L.
PROGRAM
PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT
o Hatton J W
1)
Competency
Based Education
Pendidikan
berbasis kompetensi diberikannya kebutuhan untuk integrasi, konsisten, fokus
penerapan, bersifat memindahkan, penemuan kepercayaan, akses daerah, contoh
yang diberikan banyak dan perbedaan konteks budaya untuk suatu pelatihan.
2)
Industry
Coorperation
Program
ini merupakan program beberapa perusahaan atau industri untuk meningakatkan
keterampilan para pekerja dalam rangka menaikkan produksi perusahaan/industri
atau untuk memperluas wilayah kerja baru dengan membuka cabang
perusahaan/industri.
3)
Technology
Program
Praktek
nyata dari program pelatihan adalah penggunaan media modern dalam lembaga –
lembaga tersebut seperti penggunaan komputer, satelit komunikasi, internet,
laptop dan media lainnya. Penggunaan media tersebut untuk meningkatkan kinerja
pelaksananya pendidikan atau pelatihan sebagai kinerja pelaksana menjadi
efektif dan efisien.
M.
PROSES
PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT
1.
Keinginan/desire
Adalah
kecenderungan dari dalam.
Knowles
berpendapat, andragogi untuk pembelajaran orang dewasa, meliputi :
1) Motivasi
2) Orientasi
3) Kesiapan
4) Pengalaman
2.
Kecakapan/ability
Adalah
pembelajaran berpikir kritis, kreatif dan bebas, mereka belajar untuk belajar,
mereka belajar secara kontinyu, jika mereka mereaksi hal – hal dari luar dalam
meningkatkan pengetahuan dalam mengubah dunia.
3.
Peralatan,
terdapat perangkat keras dan perangkat lunak.
4.
Kebutuhan/needs
Percepatan
pertumbuhan dan kemutlakan informasi, mempunyai kecakapan yang berguna untuk
keberlanjutan pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran
sepanjang hayat merupakan suatu konsep, ide, gagasan proses belajar yang
berlangsung secara terus menerus dalam diri individu, kapanpun, dimanapun dan
dengan siapapun. Budaya belajar sepanjang hayat amat fleksibel, kreatif, dan
responsif sehingga akan mampu memuaskan individu dan masyarakat dalam
kehidupannya. Dengan demikian, belajar sepanjang hayat dalam implementasinya
membentuk suatu kesatuan pentahapan pendidikan, sebagai suatu totalitas dari
berbagai kegiatan pendidikan dan belajar yang berlangsung dilingkungan
keluarga, pendidikan disekolah dan semua kegiatan yang berlangsung di tengah
kehidupan masyarakat.
B. SARAN
1. Sebaiknya
masyarakat memperoleh pendidikan sepanjang hidupnya, tanpa mempermasalahkan
keadaan ekonomi, usia, dan status sosial.
2. Jangan
beranggapan bahwa pendidikan diluar pendidikan formal tidak penting ataupun
tidak bermanfaat bagi keberlangsungan hidup.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterima kasih, bisa menambah pengetahuan dan untuk referensi kami
BalasHapus